Kamis, 02 Juni 2011

Tingkatkan Nilai Ekonomis Ikan By Catch Lewat Bisnis Tempura

Aneka olahan bycatch
Selama ini, aneka ikan hasil tangkapan laut telah banyak dimanfaatkan secara langsung. Entah itu dikonsumsi atau dijual dengan harga sesuai pasar. Namun, ikan hasil tangkap samping (by catch) acapkali dibuang percuma tanpa pengolahan lebih lanjut. Untuk itulah, Lima mahasiswa Teknik Kimia berupaya meningkatkan nilai ekonomis ikan by catch di Kelurahan Tambak Wedi, Minggu (1/5).

Surabaya, ITS Online - Mereka adalah Muhammad Fahmi, Fanny Dimasruhin, Eka Setyowati, Lutfia, dan Teguh Saputra. Ide pengolahan ini datang tiba-tiba ketika dua anggota tim jalan-jalan di sekitar Kelurahan Tambak Wedi. Nelayan yang baru saja pulang dari melaut memperlihatkan hasil tangkapannya. Ikan by catch atau lebih akrab disebut ikan glomoh oleh penduduk setempat, dibuang begitu saja.

''Kami lebih fokus pada ikan hasil tangkapan utama,'' ungkap Mustopa, Ketua Umum nelayan wilayah tersebut. Ia menuturkan ikan utama yang menjadi target para nelayan meliputi udang, tengiri, ikan kakap, dan trajungan. Ikan –ikan ini lebih disukai agen penjualan. Sebab, bisa dijual dengan harga lebih tinggi.

Sementara ikan glomoh, justru tidak dimanfaatkan secara optimal. ''Kami tidak tahu manfaat ikan glomoh ini,'' ungkapnya . Ikan jenis ini memang kerapkali dibuang atau dijual murah, yakni Rp 3 ribu per kilogram.

Padahal, sekali melaut, mereka bisa memperoleh sekitar dua hingga lima kilogram untuk cuaca biasa. Sedangkan, pada bulan November sampai Februari, jumlah ikan by catch bisa mencapai 10 kilogram setiap perahu. Terkadang, ikan ini juga dikeringkan sebagai bahan baku krupuk. Namun, lebih sering, ikan ini dibuang dalam jumlah banyak.

Dijelaskan Fahmi, ikan by catch sendiri memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan aneka jenis tempura bila diolah lebih lanjut. Persoalan ini diusung mereka dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) dan berhasil didanai oleh Dikti. Secara khusus, tim Fahmi mengenalkan alat pengolahan ikan tersebut. Alat ini merupakan modifikasi dari bagian belakang sepeda.
sosialisasi PKMM di Kelurahan Tambak Wedi
Cara penggunaanya pun tak kalah simple, nelayan hanya perlu mengendarai sepeda seperti pada umumnya. Dengan begitu, ikan by catch yang dimasukkan akan keluar lewat bagian samping mesin. ''Hasilnya benar-benar halus apalagi bila diberi es batu,'' ungkap mahasiswa angkatan 2009 tersebut.

Diakuinya, alat ini memang mudah digunakan dan dibawa kemana saja. Sehingga, apabila nelayan usai melaut, ia bisa langsung mengolah ikan. ''Biasanya, mereka duduk-duduk saja setelah melaut,'' tutur Fahmi lagi. Ia memang berharap alat ini bisa mengubah prilaku masyarakat.

Selain itu, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tim Fahmi mengajarkan cara pembuatan tempura. ‘’Bisnis pengolahan memiliki potensi besar untuk berkembang,’’ ujar Fahmi. Apabila dikemas dengan cantik, bukan tak mungkin Kelurahan Tambak Wedi bisa menjadi pemasok tempura di berbagai daerah.

Melihat antusias masyarakat terutama ibu-ibu untuk meningkatkan nilai ekonomis ikan by catch, tim Fahmi berharap alat pengolah ini benar-benar dimanfaatkan secara optimal. Serta, mampu meningkatkan penghasilan masyarakat. ''Jadi, dari warga, oleh warga, untuk warga,'' pungkasnya sembari tersenyum. (esy/hoe)

sumber:its.ac.id

Rabu, 01 Juni 2011

Mobile and Smart Mill, Tingkatkan Produktivitas Nelayan

Kelurahan Tambak Wedi benar-benar merupakan suatu rahmat bagi ibu kota Jawa Timur, Surabaya. Bagaimana tidak, kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan penyumbang  hasil laut terbesar di kota metropolitan Surabaya. Berbagai macam hasil laut seperti ikan, cumi, udang, kerang dan masih banyak lagi dihasilkan dalam kuantitas yang cukup besar oleh nelayan-nelayan tradisional Tambak Wedi.
 
Ikan-ikan benilai ekonomis tinggi seperti tengiri banyak dihasilkan di sana, tak terkecuali ikan-ikan ekonomis rendah (bycatch) seperti gelomoh, bulu ayam, dan lain-lain. Ikan-ikan seperti ini kurang dimanfaatkan, hanya sebatas dijual ke pengepul seharga Rp.3000/kilogram atau hanya dibuat ikan asin. Padahal sumber daya ikan bycatch tersebut sangat melimpah. Setiap perahu yang melaut bisa mendapatkan 2-5 Kg pada musim biasa, jika pada musimnya bisa sampai 10  Kg. Sebuah alat tanpa BBM maupun daya listrik telah diciptakan untuk mengubah kondisi tersebut.
 
 


Rangkaian gambar berikut merupakan rangkaian proses pemanfaatan ikan bycatch yang telah dilakukan. Sepeda giling (mobile & smart mill) dengan mobilitas tinggi ini diharapkan mampu meng-cover penggilingan sumber daya ikan gelomoh yang melimpah. Hasil lumatan gelomoh tersebut dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti halnya: bycatch crispy, bycatch bakso, bycatch tempura, bycatch batagor, bycatch rollade, bycatch nugget, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, produk-produk olahan tersebut telah dipasarkan di warung-warung makanan di kelurahan Tambak Wedi dan kantin makanan kampus teknik kimia FTI ITS.



“Saya selaku ketua umum nelayan merasa terbantu sekali dengan adanya program ini. Program ini dapat meningkatkan nilai jual ikan gelomoh. Insya ALLAH kami akan melanjutkan dan mengembangkan usaha ini untuk meningkatkan taraf hidup kami.” (Mustofa, Ketua Umum nelayan tradisional Tambak Wedi)